“Itu sih sudah tahu, semua orang tahu kalau kesombongan adalah kunci menuju kegagalan.”
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita tidak termasuk orang yang sombong? Sering kali, kita hanya melihat orang lain. Kita dengan mudah mengatakan orang lain sombong, padahal bisa jadi kesombongan sebenarnya begitu melekat dalam diri kita.
Mudah-mudahan artikel tentang kesombongan ini bisa menjadi bahan instropeksi diri. Kita, termasuk diri saya tidak mustahil memiliki sikap sombong yang tidak terasa. Yuk, kita sama-sama instropeksi atau muhasabah diri.
Kesombongan yang paling utama adalah merasa tidak perlu Allah. Terutama orang-orang yang berfahamkan materialis. Mereka mengatakan bahwa mereka sukses karena usaha mereka sendiri. Tidak pernah menyebutkan Siapa yang ada dibalik kesuksesan tersebut. Bahkan banyak yang mengatakan semua yang ada dunia ini adalah hasil pemikiran manusia. Memang parah, tetapi ajaran seperti perlu kita cermati dalam konsep-konsep pengembangan diri modern saat ini.
Tentu saja, Anda yang membaca situs ini tidaklah seperti itu. Saya yakin, Anda (umat Islam) mengakui peran Allah dalam kesuksesan diri kita. Kita perlu Allah, kita perlu ijin, bantuan, dan pertolongan Allah untuk sukses. Tapi, kita perlu mewaspadai tindakan tanpa kita sadari dimana kita bertindak seolah kita bisa sukses hasil usaha diri sendiri saja. Banyak orang yang “lupa” berdo’a sebelum bertindak. “Lupa” meminta pertolongan sebelum kita melakukan sesuatu. Ini juga bentuk kesombongan. Seolah kita tidak perlu Allah, kita mengalir saja.
Kita hanya ingat Allah saat kita mengalami kegagalan. Saat kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi, baru ingat Allah. Kenapa tidak dari awal meminta petunjuk Allah bagaimana cara bertindak dengan benar? Inilah bentuk kesombongan. Mungkin tidak sesombong orang lain yang sama sekali tidak mengakui peran Allah, tetapi tetap saja sombong.
Mudah-mudahan sejak saat ini, kita selalu menyertakan Allah dalam setiap tindakan kita. Tunjukan kalau kita itu butuh pertolongan Allah. Berdo’a dan bertawakal sebelum bertindak, saat bertindak, dan setelah selesai bertindak.
Bentuk kedua kesombongan adalah tidak butuh orang lain atau merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Semuanya dikerjakan sendiri. Merasa pekerjaannya yang paling baik. Tidak percaya orang lain, tidak mau bekerja sama orang lain. Mau sich “kerja sama”, tetapi orang lain yang harus mengikuti dia. Dia sendiri tidak mau mengikuti orang lain.
Kedua bentuk kesombongan ini jelas akan menggelincirkan kita dari jalan menuju sukses. Bukan hanya menjauhkan kita dari sukses dunia, juga dari sukses akhirat. Kita berlindung kepada Allah, agar kita dijauhkan dari kesombongan ini. Mudah-mudahan kita juga diampuni atas kesombongan kita di masa lalu.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita tidak termasuk orang yang sombong? Sering kali, kita hanya melihat orang lain. Kita dengan mudah mengatakan orang lain sombong, padahal bisa jadi kesombongan sebenarnya begitu melekat dalam diri kita.
Mudah-mudahan artikel tentang kesombongan ini bisa menjadi bahan instropeksi diri. Kita, termasuk diri saya tidak mustahil memiliki sikap sombong yang tidak terasa. Yuk, kita sama-sama instropeksi atau muhasabah diri.
Kesombongan yang paling utama adalah merasa tidak perlu Allah. Terutama orang-orang yang berfahamkan materialis. Mereka mengatakan bahwa mereka sukses karena usaha mereka sendiri. Tidak pernah menyebutkan Siapa yang ada dibalik kesuksesan tersebut. Bahkan banyak yang mengatakan semua yang ada dunia ini adalah hasil pemikiran manusia. Memang parah, tetapi ajaran seperti perlu kita cermati dalam konsep-konsep pengembangan diri modern saat ini.
Tentu saja, Anda yang membaca situs ini tidaklah seperti itu. Saya yakin, Anda (umat Islam) mengakui peran Allah dalam kesuksesan diri kita. Kita perlu Allah, kita perlu ijin, bantuan, dan pertolongan Allah untuk sukses. Tapi, kita perlu mewaspadai tindakan tanpa kita sadari dimana kita bertindak seolah kita bisa sukses hasil usaha diri sendiri saja. Banyak orang yang “lupa” berdo’a sebelum bertindak. “Lupa” meminta pertolongan sebelum kita melakukan sesuatu. Ini juga bentuk kesombongan. Seolah kita tidak perlu Allah, kita mengalir saja.
Kita hanya ingat Allah saat kita mengalami kegagalan. Saat kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi, baru ingat Allah. Kenapa tidak dari awal meminta petunjuk Allah bagaimana cara bertindak dengan benar? Inilah bentuk kesombongan. Mungkin tidak sesombong orang lain yang sama sekali tidak mengakui peran Allah, tetapi tetap saja sombong.
Mudah-mudahan sejak saat ini, kita selalu menyertakan Allah dalam setiap tindakan kita. Tunjukan kalau kita itu butuh pertolongan Allah. Berdo’a dan bertawakal sebelum bertindak, saat bertindak, dan setelah selesai bertindak.
Bentuk kedua kesombongan adalah tidak butuh orang lain atau merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Semuanya dikerjakan sendiri. Merasa pekerjaannya yang paling baik. Tidak percaya orang lain, tidak mau bekerja sama orang lain. Mau sich “kerja sama”, tetapi orang lain yang harus mengikuti dia. Dia sendiri tidak mau mengikuti orang lain.
Kedua bentuk kesombongan ini jelas akan menggelincirkan kita dari jalan menuju sukses. Bukan hanya menjauhkan kita dari sukses dunia, juga dari sukses akhirat. Kita berlindung kepada Allah, agar kita dijauhkan dari kesombongan ini. Mudah-mudahan kita juga diampuni atas kesombongan kita di masa lalu.