"Headline News PGSD UNTIRTA! ^^Pengajuan Judul Skripsi Tahap Satu dapat dikirim .Disini^^Jejaring Sosial PGSD UNTIRTA sudah diluncurkan, klik disini ^^ Rancangan P2KK oleh rektor UNTIRTA klik disini

Bahasa Inggris Kebablasan!

Oleh: Sandy Guswan C, S.Pd.

Peran yang diberikan kepada (mata pelajaran) bahasa Inggris sangat besar dan boleh dikatakan sudah pada kadar yang berlebihan akhir-akhir ini. Padahal kita tahu bahasa Inggris di Indonesia statusnya hanyalah sebagai bahasa asing. Pemerintah harus menghentikan pendewaan yang terlalu berlebihan kepada bahasa Inggris dan mengembalikan fungsi dan peran bahasa Inggris yang sesungguhnya.



Bahasa Inggris Segalanya?
Ada kepercayaan di masyarakat yang menyatakan bahwa jika ingin sukses, maka kuasailah bahasa Inggris. Oleh sebab itu, para orang tua berlomba-lomba mengkursuskan anak mereka (mata pelajaran) bahasa Inggris bahkan sejak anak mereka masih berusia (sangat) dini. Bagi para orang tua semakin dini anak mereka mengenal bahasa Inggris, maka akan semakin sukses anak mereka kelak di kemudian hari. Dan, para orang tua ini juga tidak segan-segan mengalokasikan sebagian dana agar anak mereka lancar cas cis cus dalam bahasa Inggris. Mereka beranggapan penguasaan bahasa Inggris oleh anak-anak mereka adalah wajib hukumnya.
Karena minat orang tua yang sangat tinggi ini, maka sesuatu yang berbau bahasa Inggris menjadi daya pikat, maka bermunculanlah lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris. Sekolah yang berlabel SBI/RSBI yang ada embel-embel penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar proses belajar mengajar sehari-hari juga menjadi rebutan.
Pemerintah sendiri seperti mengamini apa yang menjadi kepercayaan masyarakat ini. Bukti paling jelas adalah dimasukkannya (mata pelajaran) bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan pada UN baik pada tingkat SMP sederajat maupun tingkat SMA sederajat.
Seperti kita ketahui bersama, pada UN tahun-tahun sebelumnya siswa terancam tidak lulus apabila nilai ujiannya di bawah 4,00 untuk mata pelajaran yang di-UN-kan termasuk mata pelajaran bahasa Inggris.
Alangkah malangnya nasib siswa yang memiliki kecerdasan lain tetapi lemah dalam penguasaan bahasa Inggris. Ia harus rela menunda niatnya untuk melanjutkan di perguruan tinggi idamannya hanya karena ia tidak lulus untuk mata pelajaran bahasa Inggris.
SBI/RSBI dan Kecerdasan Majemuk
Adanya SBI/RSBI merupakan salah satu buah karya pemikiran di bidang pendidikan oleh pemerintah yang hanya mempertimbangkan penguasaan bahasa asing terpopuler yakni bahasa Inggris. Faktor lainnya seperti gaya belajar siswa dan kecerdasan majemuk diabaikan.
Semua siswa yang sekolah di SBI/RSBI dipaksa agar dapat menyerap pelajaran yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris. Yang menjadi persoalan di lapangan adalah gurunya sendiri masih kesulitan atau belepotan dalam berkomunikasi dan menyampaikan pelajaran dalam bahasa Inggris. Sedikit banyak para siswa akan menghadapi beragam masalah dalam proses belajar mengajar ini.
Para guru di SBI/RSBI memang dilatih agar kemampuan bahasa Inggrisnya meningkat. Meskipun demikian, kendala-kendala tetap ada. Salah satu faktornya adalah adanya kecerdasan majemuk yang menyatakan setiap individu memiliki kecenderungan jenis kecerdasan yang berbeda-beda.
Guru-guru yang ada sudah pasti tidak semuanya berbakat atau memiliki kecerdasan di bidang bahasa dalam hal ini bahasa Inggris. Akibatnya, penguasaan bahasa Inggris para guru tersebut bakalan nanggung. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi penyerapan materi pelajaran para peserta didik.

Sukses tanpa Bahasa Inggris

Apakah orang yang tidak menguasai bahasa Inggris akan gagal dalam kehidupannya? Banyak bukti yang menyatakan bahwa ada banyak orang sukses tanpa menguasai bahasa Inggris. Jadi, paradigma yang menyatakan bahwa hanya dengan penguasaan bahasa Inggris seseorang bakal sukses harus dieliminasi dari pikiran setiap orang tua.
Bahasa Inggris penting adalah betul, tetapi memaksakan semua orang (anak atau siswa) untuk menguasainya adalah tindakan yang bertentangan dengan kodrat manusia sendiri yang masing-masing memiliki keunikan dan kecerdasan yang berbeda-beda.
Memasukkan pelajaran bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran yang di-UN-kan adalah tindakan yang kurang bijaksana dan sangat bertentangan dengan kodrat manusia yang memiliki keunikan dalam gaya belajar dan jenis kecerdasannya. Gagal memenuhi target nilai minimal, maka akan membunuh potensi besar yang dimiliki siswa.
Mengembalikan Peran dan Fungsi Bahasa Inggris
Tulisan ini tidak mengatakan bahwa bahasa Inggris tidak penting. Penulis yakin dan percaya bahwa bahasa Inggris adalah penting bahkan sangat penting bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, bahasa Inggris adalah bahasa terpopuler di dunia. Literatur ilmu pengetahuan banyak yang ditulis dalam bahasa Inggris. Jadi bahasa Inggris penting bagi bangsa Indonesia agar mampu menyerap ilmu pengetahuan dan alih teknologi.
Namun demikian, yang menjadi fokus tulisan ini adalah bahwa bangsa ini harus menghentikan kebijakan yang mewajibkan semua warganya (siswanya) untuk menguasai bahasa Inggris.
Adalah lebih bijak jika tugas penguasaan bahasa Inggris diwakilkan kepada sebagian orang saja yang benar-benar memiliki minat, kemampuan dan kecerdasan di bidang penguasaan bahasa dalam hal ini penguasaan bahasa Inggris.
Mereka-mereka inilah yang nantinya kita tugaskan menterjemahkan literatur yang ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya ke dalam bahasa Indonesia.